Intro : Ayra #1
Sabar, Ayra, satu jam lagi. Satu jam lagi.
Aku mengulang-ulang kalimat itu di kepalaku seperti mantra. Beberapa orang sudah terlihat malas menonton Mas Tedi dan Kak Meera yang perdebatannya belum selesai juga sejak rapat tim dimulai setelah jam makan siang tadi.
"Menurut gue kelas-kelas gimmick semacam itu udah kebanyakan di platform kita, Meer." Mas Tedi, CTO (Chief Technology Officer) kembali mengulang poin pembicaraannya. "Gue cuma nggak pengen kita jadi provide gimmick doang."
Kak Meera meneguk air di botol minumnya yang setiap hari berisi irisan lemon dan timun, lalu menanggapi, "Tapi kelas gimmick kayak gitu yang laku, Ted. Lo kan tahu sendiri.. jumlah user kuartal kemaren aja.."
"And we have enough."
Mas Tedi memotong pembicaraan dengan tegas. Kami yang ada di ruangan, saling melirik, salah tingkah. Meski ini bukan pertama kali menyaksikan "perang" antara CTO dan CEO kami, namun tetap saja, ketika bos adu argumen, kroco-kroco seperti kami yang kena imbas bingungnya.
"Kita lanjutin meeting-nya di ruangan gue aja." ujar Kak Meera pada Mas Tedi disambut napas lega beberapa orang yang sudah tidak sabar kembali ke meja masing-masing. "Alright, guys, thanks for your time. See you again on Monday."
Bersamaan dengan perginya Mas Tedi dan Kak Meera dari ruangan rapat, orang-orang membereskan peralatan kerja mereka dan bersiap ikut keluar. Ponselku bergetar singkat.
Mbak Tasya
Halo, Ra. Tara ngehubungin kamu ga?
Mas Tara, pasti lagi-lagi dia tenggelam di kesibukannya dan lupa kalau hidup bukan cuma soal kerja. Pacarnya, Mbak Tasya, juga sama anehnya, lebih dari setahun mengenal Mas Tara, masih juga khawatir dan mencari kala pesan-pesan singkatnya tak berbalas.
You
Nggak, Mbak. Gw meeting dari siang, jadi ga hubungin dia juga. Knp?
Mbak Tasya
Gpp, Ra. Nanya aja. Thanks ya.
You
Yoi, sama-sama.
. . .
Besok Sabtu dan untungnya tidak ada pertemuan komunitas yang harus kuatur, berarti saatnya santai-santai seharian. Pagi-pagi berenang dan dilanjut dengan makan nasi goreng buatan Mas Tara--yang sebenarnya lebih cocok dimakan pagi-pagi, tapi Mas Tara pasti ngebluk sampai siang di hari libur.
"Ra!" sebuah tepukan di punggung membuyarkan rencana santai-santai seharian yang sedang kususun. Dirga--seorang senior app developer di kantorku--tertawa iseng, "Ngapain lo? Senyum-senyum sendiri. Ngelamun jorok ya?"
"Kalo iya kenapa? Mau diceritain?" balasku sebal. "Ada apa Ga?"
"Ini, mumpung semua fitur udah stabil dan kerjaan gue lumayan lowong, lo ada ide nggak buat fitur community?"
"Hah? Tumben lo." aku melirik semi menyindir. Kebanyakan pengembangan aplikasi biasanya dilakukan untuk menambah jumlah pengguna atau memperbaiki sistem pembayaran. Aku, sebagai community manager biasanya hanya mendapat sisa-sisa jam kerja developer untuk masalah troubleshooting.
"Iya, anak-anak junior udah pada pinter makanya gue bisa napas dikit. Jadi ada nggak, Ra?"
"Ada, sih."
"Good! Tapi jangan hari ini, Ra. Gue rencananya mau pulang tenggo, habis ini mau review kerjaan anak-anak dulu. Senin ya? Abis team meeting, gimana? Lo di kantor nggak?"
"Oh, iya, boleh aja." aku baru sadar ternyata Dirga sedang menyusun jadwal kerjanya di Hari Senin. Syukurlah, aku juga ingin segera pulang meski aku tahu akan sendirian sampai larut karena Mas Tara punya hobi kerja lembur. Kerja lembur dan lupa makan, tepatnya. Itu juga yang jadi alasanku pesan makanan lebih banyak saat di rumah, supaya selalu ada makanan siap sedia di meja saat Mas Tara mulai ingat lapar.
Baiklah. Nasi goreng kambing to the rescue!
sumber gambar: https://www.pexels.com/photo/apple-computer-cup-desk-597331/

Komentar
Posting Komentar